Pertanyaan

Lagi. Hari ini saya kembali mempertanyakan keunikan hidup. Dua hari yang lalu, saya menerima undangan kenaikan pangkat untuk institusi tempat saya bekerja. Sesuatu yang tak pernah saya usahakan setelah tiga tahun lalu mendapatkan posisi tetap (aman) di institusi yang sama. Ingatan saya kembali membuka folder-folder di sepertiga tahun terakhir 2017. Ketika satu minggu terakhir sebelum penandatanganan kesepakatan menjadi pegawai tetap. Ini adalah keputusan yang baik bagi seorang pegawai kontrak. Apakah saya bangga dengan ini?

Pernah. Saya menjadi satu-satunya diantara teman-teman yang penuh harap lulus tes dan menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi terbaik negeri ini. Alasan tes di sana adalah ikut arus (teman). Tidak ada persiapan yang saya lakukan, selain sekedar menjalankan prosedural dan melengkapi syarat dengan seminimal mungkin dari yang diminta. Saya tak berniat menyombongkan keberhasilan tanpa effort. Karena, saya sungguh tidak sebahagia itu dengan pencapaian ini. Apakah saya bangga dengan ini?

Sungguh, saya percaya dengan pesan yang berbunyi, ‘hal yang kau tak suka, mungkin adalah yang paling diinginkan orang lain.’ Lalu, saya tampilkan emosi ‘bahagia’ saya untuk pencapaian yang saya sendiri masih tak bisa menjawab, ‘apakah saya bangga dengan ini?’

Sepertinya saya hanya punya satu tanya. Namun, ada banyak cabang pertanyaan yang menyertainya. Pertanyaan yang membuat banyak keraguan dalam langkah. Pertanyaan yang jawabannya memunculkan pertanyaan lanjutan. Saya terlalu banyak bertanya, sementara saya belum bertemu dengan penjawab yang bijaksana. Atau, jawaban yang paling bijak adalah jawaban yang menimbulkan pertanyaan lanjutan?